Jendela dan Jalan

Farhan Alif Aldy
3 min readMar 26, 2024

--

Punya kamar yang menghadap jalan memang terkadang tidak menyenangkan. Bunyi klakson dan kadang asap kendaraan ikut masuk ke dalam ruangan saat kita membuka jendela. Tapi ternyata punya kamar yang menghadap jendela bisa membuat kita melihat kisah kisah yang tidak terlihat dibalik tembok rumah kita. Seperti terlihat pada gambar, area kerja saya sangat dekat dengan jendela, terkadang saya melihat jendela untuk mengalihkan penglihatan setelah suntuk seharian menatap laptop. Menulis cerita ini membuat saya mengingat beberapa pengalaman unik yang saya lihat dari jendela kecil ini.

Pada suatu waktu melalui jendela ini, saya pernah melihat rombongan anak SD yang baru pulang sekolah bersama-sama. Mereka bergembira dan melempar ejekan khas anak SD ke rekannya. Gambaran itu mengingatkan saya akan pengalaman SD saya. Ketika SD, saya pun sering pulang sekolah bersama teman, biasanya kita bermain bola dulu dan tidak langsung pulang. Seragam putih merah yang saya kenakan biasanya langsung berubah kuning karena keringat dan Ibu saya akan selalu ngoceh ketika saya pulang berkeringat dan bau matahari, tetapi bermain bola dengan mereka selalu menyenangkan dan rasanya saya rela menukarnya dengan ocehan ibu agar merasakan kebahagian itu. Hal ini membuat saya berfikir, apa kabar teman — teman bermain bola saya dulu? Ketika kami bermain bersama dulu, tidak pernah terpikir rasanya bahwa masa masa itu akan berakhir dan kita mungkin tidak tahu kabar satu dengan yang lainnya. Hanya melalui social media saya bisa melihat aktivitas mereka dan terakhir saya bertemu dengan teman teman SD adalah di sebuah buka bersama sebelum pandemi, dan itu pun rasanya telah berbeda. Terpikir oleh saya bahwa waktu benar-benar merubah segalanya. Satu hal yang membuat saya penasaran, apakah anak-anak sd itu menyadari bahwa bisa jadi mereka akan mengalami apa yang saya alami, asing dengan teman yang dulu berbagi tawa yang sama.

Di lain waktu melalui jendela ini saya melihat rombongan polisi mengejar dan menangkap seorang pemuda tepat dibawah daun jendela saya. Terlihat si pemuda berusaha kabur walaupun sia-sia. Terlihat jam saat itu pukul 2 dini hari. Saya sangat penasaran, apa yang dilakukan oleh si pemuda sehingga polisi-polisi itu mengejarnya. Apakah dia melakukan hal bodoh? Atau dia melakukan sesuatu karena keadaan? Atau memang dia hanyalah penjahat saja. Terlepas apapun itu, saya menyadari bahwa kejahatan selalu dekat dengan kita. Si pemuda bisa saja melakukan kejahatan di dekat sini, bisa jadi kejahatannya merugikan orang lain, dan bisa saja orang itu adalah saya. Ketika tertangkap si pemuda itu menangis dan memohon ampun. Saya kembali berpikir apakah ketika dia melakukan perbuatan itu dia menyadari konsekuensi tindakannya? Tidakkah dia menyadari resikonya? Setiap tindakan kita pasti ada konsekuensi walaupun sekecil apapun, mungkin sedikit berpikir sebelum bertindak bisa menyelamatkan kita agar tidak mengalami situasi yang sama dengan si pemuda.

Jendela kamar ini memberi saya banyak cerita dan renungan. Bahwa banyak hal yang telah saya alami. Banyak hal sudah saya lewati, banyak hal yang sudah berubah, bahkan banyak keputusan-keputusan hidup yang konsekuensinya kita tanggung hari ini. Mungkin dengan sering merenung menatap jendela kamar ini saya bisa sedikit berpikir tentang apa yang sudah, akan, dan sedang dijalani. Renungan-renungan yang mengoreksi sedikit keputusan yang saya ambil atau mungkin hanya sesederhana mengingat sebuah kenangan indah yang mungkin tidak akan pernah bisa diulang.

--

--

Farhan Alif Aldy
Farhan Alif Aldy

Written by Farhan Alif Aldy

masih belajar nulis, jangan dimarahin ya

No responses yet